Kamis, 10 Juni 2010

Syair kehidupan

Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan...aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang...Aku mati sebagai binatang dan kini manusia...Kenapa aku mesti takut??! MAut tak menyebabkanku berkurang!Namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia, Dan melambung bersama Malaikat ; dan bahkan setelah menjelma Malaikat, Aku harus mati lagi; segalanya kecuali "TUHAN", akan lenyap sama sekali. Apabila telah kukorbankan jiwa Malaikat ini, Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami. O,... biarlah diriku tak ada!! sebab, ketiadaan menyanyikan nada-nada suci, "Kepada-Nya kita akan kembali"...(sang Penyair)

Baca lebih dalam......

C.I.N.T.A

Inilah Cinta: membuMbung ke Langit . .

Stiap saat mengoyak seratus cadar . .

Mula-mula, mengingkari hidup . .

Akhirnya, melangkah tanpa kaki . .

Menganggap dunia ini tak tampak . .

Menganggap sepi semua yg muncul di benak . .

"Oh, jiwaku," kataku, "semoga kau berbahagia . . Memasuki negeri orang-orang yang bercinta . .
Memandang daerah yang tak tercapai mata . .

Menyusup ke dalam lekuk-liku dada!

Dari mana datangnya nafas ini, O jiwa?

Dari mana pula asal denyut jantung, O hati?

Burung, bicaralah dengan bahasa burung; Kutahu artinya terselubung.

Jiwaku pun menyahut,"Aku berada dalam pabrik,

Yang sedang mengolah air dan tanah liat.

Aku pun melepaskan diri dari sana, Ketika sedang diciptakan,

Waktu tak kuat lagi aku bertahan, mereka menyeretku

Dan menuangkanku sehingga bagaikan bola bentukku."

( Jalaluddin Rumi )

Baca lebih dalam......